Kampus idaman

Posted by Diposting oleh Lago On 08.12

Lagi nyantai nie… Buka laptop, pasang modem. On Line agh.

Sambil dengerin lagu Saykoji “Copy my style”. Lagu unik dengan lirik nyentrik karya anak negri yang peka akan situasi bla…bla…bla… (g' Usah d bahas)

Jari-jari menari, mulai membuka Google, Gue masukin kata kunci “Kampus idaman”.

Hmm… Ada yang menarik nie. Lomba blog UII dengan hadiah yang sangat menggiurkan bagi gue yang notabennya sebagai mahasiswa perantauan. Ha…Ha…Ha… iseng-iseng berhadiah.

Mulai…

======================================================================================

Kampus idaman..?

Bila pertanyaan ini di tujukan pada tiap orang yang telah mencicipi dan merasakan kehidupan di dalam kampus, beribu komentar akan muncul. Antara lain penulis akan coba menguraikan secara garis besar dan relevan.

A. Kurikulum

Saat ini, perguruan tinggi menggunakan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum operasional, disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Beberapa Universitas seperti UGM, UII, UNY, telah menerapkan sistem E-Learning). Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

B. Fasilitas

Fasilitas yang penulis maksud mencakup semua, dari Fasilitas dasar seperti Ruang teori/praktek yang nyaman, hingga penunjang seperti toilet, parkir, mushola, koneksi Internet, asrama, dll yang memadai. Hal ini perlu perhatian lebih, karena mencakup kenyamanan dan berimbas pada kualitas lulusan.

C. Kondusif

Hal ini merupakan hal yang paling mendasar. Siapa sih yang tidak mau kampusnya aman? Bebas dari masalah narkoba, tauran, dan segala jenis tindak kriminalitas.

Itu komentar dari orang-orang yang telah melakoni kehidupan kampus secara langsung. Tapi bagaimana bila hal ini ditanyakan kepada calon mahasiswa? Kebetulan sebelum ini penulis pernah melakukan survey ke beberapa siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), di kota asal penulis, Batam.

"Saat lulus SMA nanti kamu mau melanjutkan ke mana?". Beberapa orang dengan lantang menjawab UI, UGM, UII, ITB. Penulis kembali bertanya: “Mengapa?”. Mereka pun serempak menjawab “Karena itu Perguruan Tinggi Favorit di Indonesia”. Saat penulis bertanya: “Memang kamu tau dimana universitas itu berada?".Mulai terbata mereka memberikan jawaban. Dengan ekspresi berfikir, satu dari beberapa siswa itu menjawab. “UI, Universitas Indonesia di Jakarta, UGM, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. UII, Universitas Islam Indonesia kalau tidak salah juga di Yogyakarta, ITB di Bandung karena namanya Institut Teknologi Bandung.”

Penulis sengaja memberi huruf miring di beberapa kata. Untuk lebih meyakinkan, penulis kembali bertanya: “kalau UnDip, UPI, UnAir dimana?”. Mereka pun terdiam dan membisu seribu bahasa.

Seperti yang kita ketahui, universitas yang penulis sebutkan merupakan Universitas yang meraih peringkat 10 besar Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia. Dapat di simpulkan siswa belum mengerti tentang kampus idaman. Terbukti saat penulis bertanya dimana letak universitas yang mereka sebutkan sebelumnya meraka menjawab ragu, ada embel-embel kata “kalau tidak salah” dan semata logika.

Problematika saat ini dapat diartikan sebagai minimnya perhatian dari guru dan orang tua untuk memberi masukan /arahan tentang Universitas yang akan dipilih. Saat ini sebagian besar siswa memilih Universitas yang memiliki nama besar dan Universitas yang gencar melakukan pendekatan walau statusnya belum terakreditasi (hanya terdaftar), sungguh miris.

Beranjak dari pengalaman salah seorang teman penulis, yang saat ini masuk di salah satu Universitas swasta. Mulanya Universitas ini menawarkan beasiswa ke sekolah dengan mengadakan seleksi tertulis, dan akhirnya teman penulis diterima. Setibanya di sana dan mulai mengikuti proses belajar mengajar, teman penulis mulai mengeluh tentang ini dan itu. Dan penulis pun hanya bisa menyarankan untuk tetap bertahan. Alhamdullillah, sekarang teman penulis sudah terbiasa, tapi masa belajarnya ditambah beberapa bulan, karena perlu waktu buat menyesuaikan diri ke lingkungan yang baru.

Dapat di tarik kesimpulan, bagi sebagian besar siswa, Kampus Idaman bukan Universitas yang memililiki ruang praktek yang nyaman, atau perpustakaan super lengkap atau koneksi internet yang kencang ataupun parkir dan tamannya yang luas, bahkan mungkin mereka tidak mengetahui apa itu kampus idaman. Yang mereka tahu mereka harus melanjutkan ke perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan ketika mereka lulus. Berikut beberapa faktor pertimbangan calon mahasiswa memilih Perguruan Tinggi:

  1. Teman. Karna temannya masuk ke Universitas 'A', dia pun mendaftarkan diri ke Universitas yang sama.
  2. Jaminan kerja. Beberapa Universitas melakukan kerjasama ke perusahaan. Setelah lulus Universitas menjamin mahasiswa dapat langsung di serap di dunia kerja.
  3. Beasiswa/Ekonomi. Calon mahasiswa lebih memilih ke Universitas yang memberikan ia beasiswa, walau hanya mengetahui profil Universitas itu secara gamblang.
  4. Mahasiswanya Ok punya. Ini salah satu faktor yang tidak jarang dijadikan referensi bagi siswa untuk memilih Universitas.

Kesimpulan dari semua uraian di atas, sebagian calon mahasiswa memilih Perguruan Tinggi Negeri(PTN), dengan alasan klasik yang penulis yakin pembaca juga setuju, karena SPP semester di PTN lebih murah. Tapi sebaliknya, ada juga yang memilih Universitas atas dasar Gengsi, karena di Universitas itu Mahasiswanya 'Tajir' atau Keren atau apalah, walaupun laboraturiumnya tidak ada sehingga harus praktek di universitas lain ataupun menyewa alat, atau bahkan tidak ada praktek, langsung pembuatan laporan. Hal ini bukan hanya pemanis kata, tapi merupakan realita yang penulis ketahui. Ironis.


Jalan terbaik yang harus di tempuh yakni adakan pengenalan hingga ke pelosok, (seperti Hendro lulusan ITB dengan IPK sempurna berasal dari pelosok dan keluarga sederhana dengan ayah seorang Nelayan), Optimalkan Pemilihan Bibit Unggul (PBU), dan yang pasti perbanyak Beasiswa untuk siswa berprestasi dan kurang mampu.


Penulis; Yayan Mei Hendra, lagosicalonguru.blogspot.com, No. Hp. 08812794494

*...Go to Home, Click Here...*

3 komentar

  1. Lumayan bagus artikelnya..tapi saya sarankan isi tulisannya kok Perguruan Tinggi Swastanya kok gk di singgung ya...

    Posted on 16 Januari 2010 pukul 03.04

     
  2. saidialhady Said,

    keren mas,, betul tuh kata mas iwan. komentar perguruan tinggi idaman saya ya..

    Posted on 10 April 2010 pukul 22.52

     
  3. Anonim Said,

    widiihhhhh
    salamm ahh buatt mass hendro,,
    salutt bisa dapet nilaii sempurna!!!

    Posted on 2 Juni 2010 pukul 07.49

     

Posting Komentar